Tanpa Orang Tua, Rizki Hidup dari Jualan Donat
Tidak semua anak beruntung tumbuh dengan pelukan ayah dan ibu, tapi setiap anak berhak punya kesempatan untuk bermimpi.
Setiap pagi, Rizki berjalan kaki sejauh 2 km menuju sekolah. Ia hanya membawa semangat, bukan fasilitas. Seragam, tas, dan sepatu seadanya ia pakai untuk menuntut ilmu. Rizki adalah seorang yatim piatu. Ibunya meninggal saat pandemi covid-19 kemudian disusul sang ayah, saat ditinggalkan oleh keduanya, Rizki berusia 9 tahun. Kini ia tinggal bersama, om, kakak, dan adiknya yang masih kecil di rumah peninggalan nenek yang sederhana.
Om dan Kakak Rizki belum memiliki pekerjaan tetap. Kadang kakak membuat donat ketika ada pesanan, dan Rizki-lah yang membantu mengantarkannya sepulang sekolah. Diantara teman-temannya yang tidur siang usai sekolah, Rizki harus berjalan untuk mengantar pesanan dengan mata yang lelah dan tubuh yang butuh istirahat.
Harga donat yang dijual Rp2500 dan setiap pesanan tidak lebih dari 20 donat. Uang dari hasil jualan donat dipakai untuk kebutuhan sehari-hari Rizki, Kakak, dan adiknya. Bahkan uang yang diberikan untuk Rizki ke sekolah, sebagian Rizki tabung untuk membeli sepatu futsal karena ia memiliki ketertarikan pada futsal.
Di tengah keterbatasan itu, Rizki tak pernah mengeluh sedikitpun. Ia tetap rajin sekolah, mengikuti ekstrakulikuler, dan mengaji setiap malam. Yang ia butuhkan bukanlah belas kasihan, tapi kesempatan untuk terus belajar tanpa beban kekurangan.
Melalui program Genius (Beasiswa Pendidikan Yatim), Donasi yang terkumpul akan dialokasikan untuk membantu biaya pendidikan Rizki dan kebutuhan sehari-hari Kakak dan Adik Rizki.
Menanti doa-doa orang baik